Kesalahan Saat Mendirikan Yayasan dan Cara Menghindarinya agar Organisasi Anda Tumbuh Kuat
Mendirikan yayasan adalah langkah mulia yang menyiratkan tanggung jawab besar. Di balik niat baik, ada banyak aspek legal, administratif, dan operasional yang harus diperhatikan agar yayasan bisa bertahan, dipercaya, dan berkontribusi maksimal kepada masyarakat.
Banyak pendiri yayasan yang terjebak dalam kesalahan yang tampak sederhana, namun berdampak jangka panjang. Berikut ini 7 kesalahan umum yang sering terjadi — dan strategi praktis untuk menghindarinya — agar yayasan Anda tumbuh kokoh dan kredibel.
1. Memilih Nama Yayasan Tanpa Pemeriksaan yang Seksama
- Nama yayasan bukan sekadar label branding — ia juga terkait aspek legal dan publik.
- Kesalahan: memilih nama yang sudah digunakan, menggunakan kata yang dilarang (misalnya unsur “Negara”, “Republik”, “Xin”, dsb.), atau nama yang terlalu mirip dengan organisasi lain.
- Dampak: penolakan akta pendirian, konflik merek / hak cipta, kebingungan pihak donatur.
- Cara menghindar: lakukan pengecekan nama melalui Kementerian Hukum & HAM atau Direktorat Jenderal AHU, cek database yayasan, cek merek dagang, dan pertimbangkan nama yang unik dan mudah diingat.
2. Menganggap Yayasan Boleh Melakukan Usaha Apapun Tanpa Batas
- Banyak orang berpikir yayasan bisa menjalankan usaha komersial langsung, seperti warung, toko, dsb., dan memasukkan pendapatannya langsung sebagai dana yayasan.
- Padahal: menurut regulasi, yayasan tidak boleh menjalankan usaha secara langsung sebagai bentuk profit-oriented. Untuk melakukan usaha, yayasan harus membentuk badan usaha terpisah (misalnya PT) atau unit usaha berstatus legal tersendiri.
- Jika yayasan langsung menjalankan bisnis, risiko: dicurigai sebagai perusahaan komersial dan dianggap menyalahgunakan status nirlaba, masalah pajak, bahkan sanksi hukum.
- Tips: pisahkan usaha dan program sosial. Yayasan fokus pada misi sosial. Untuk menjalankan kegiatan usaha, gunakan badan usaha anak / afiliasi yang legal.
3. Kurang Paham Teknis Perpajakan untuk Yayasan
- Pajak sering dianggap “musuh” dalam pengelolaan organisasi nirlaba, sehingga banyak yayasan yang kurang serius mempelajarinya.
- Kesalahan: tidak mendaftarkan NPWP, tidak menyetor pajak karyawan, tidak melaporkan kegiatan usaha anak perusahaan, atau tidak memahami insentif pajak yang bisa dimanfaatkan.
- Konsekuensi: denda administratif, audit, reputasi rusak, dan kerugian dana operasional.
- Rekomendasi: libatkan konsultan pajak atau tim internal yang kompeten. Pastikan pelaporan rutin (SPT, PPh, PPN jika ada unit usaha), dan pahami ketentuan pajak bagi organisasi nirlaba.
4. Tidak Memahami Regulasi Yayasan Secara Komprehensif
- Regulasi yayasan tidak melulu UU Yayasan, tetapi melibatkan peraturan pelaksana, peraturan lokal, peraturan perpajakan, serta standar pelaporan ke pemerintah / donor.
- Kesalahan: menjalankan kegiatan tanpa izin yang diperlukan, tidak membuat laporan tahunan ke Kemenkumham, tidak menyelenggarakan rapat pengurus / pengawas sesuai aturan.
- Risiko: pembubaran yayasan, kehilangan kepercayaan donor, konflik internal.
- Solusi: pelajari UU Yayasan, PP, Kepmen terkait, dan aturan lokal di daerah Anda. Gunakan template standar akta, AD/ART, SK pengurus, dan lakukan audit internal & eksternal.
5. Struktur Organisasi Tidak Jelas atau Tumpang Tindih
- Beberapa yayasan memulai dengan pengurus yang multitasking, tanpa pemisahan tugas jelas antara pengurus, pengawas, manajer program, dsb.
- Problem: konflik kepentingan, kekacauan pelaporan, kehilangan kontrol atas keuangan dan operasional.
- Solusi: susun struktur organisasi yang jelas — pengurus, pengawas, manajer, divisi program / keuangan / admin. Buat job description tertulis, dan batasi penggabungan fungsi dalam satu orang.
6. Perencanaan Keuangan & Sumber Dana yang Tidak Terstruktur
- Yayasan yang bergantung pada satu sumber donor atau donasi spontan rentan terhadap fluktuasi.
- Kesalahan: tidak membuat anggaran jangka menengah / jangka panjang, tidak menyusun cadangan dana, tidak diversifikasi pendanaan, dan kurang transparansi penggunaan dana.
- Akibat: ketika donasi menurun, program berhenti, pengelolaan dana kacau, dan kehilangan kepercayaan.
- Rekomendasi: buat rencana keuangan tahunan dan 3–5 tahun, sisihkan dana cadangan (reserve fund), diversifikasi sumber (corporate CSR, hibah, revenue share unit usaha, crowdfunding), dan terapkan sistem keuangan transparan (rekonsiliasi, audit).
7. Kurangnya Pengawasan, Evaluasi, dan Akuntabilitas
- Yayasan bisa “jalan sendiri” jika tidak ada mekanisme pengawasan yang kuat.
- Kesalahan: tidak mengadakan rapat pengawas / rapat tahunan, tidak audit eksternal, tidak laporan ke donor secara transparan.
- Risiko: penyalahgunaan dana, konflik internal, penurunan kredibilitas publik.
- Cara perbaikan: tetapkan mekanisme audit (internal & eksternal), jadwalkan evaluasi program berkala, buat laporan aktivitas & keuangan dipublikasikan (laporan tahunan), dan aktifkan partisipasi pemangku kepentingan dalam pengawasan.
8. Kurangnya Strategi Komunikasi & Branding Organisasi
(Meskipun tidak secara eksplisit ada di referensi, namun ini penting untuk ditambahkan agar artikel Anda lebih kaya)
- Yayasan yang baik bukan hanya bekerja di belakang layar — ia juga perlu menyampaikan cerita, keberhasilan, dan dampak kepada publik, donatur, dan masyarakat.
- Kesalahan: mengabaikan media sosial, situs web yang buruk, kurang dokumentasi visual, tidak mengemas narasi dampak.
- Solusi: bangun strategi komunikasi (media sosial, blog, laporan visual), gunakan storytelling, tampilkan testimoni, visualisasi data dampak, dan jalin media partnership agar yayasan Anda dikenal dan dipercaya.
Tips Praktis Agar Yayasan Anda Langsung Tumbuh Sehat
- Gunakan layanan profesional — advokat / konsultan yayasan / konsultan hukum untuk memvalidasi akta, AD/ART, struktur.
- Mulai dari pilot kecil — jalankan program uji coba untuk melihat kapasitas organisasi sebelum ekspansi besar.
- Libatkan komunitas dan stakeholder — agar yayasan tidak berjalan “di ruang tertutup”, tetapi relevan dengan kebutuhan nyata masyarakat.
- Dokumentasi & sistem digital — gunakan sistem ERP sederhana, software keuangan / akuntansi, penyimpanan dokumen digital agar transparan dan mudah audit.
- Edukasi internal — seluruh pengurus dan tim program harus paham visi, misi, regulasi, dan kode etik organisasi.
Kesimpulan: Yayasan yang Tangguh Dimulai dari Fondasi yang Benar
Mendirikan yayasan bukan sekadar menulis akta dan membentuk badan — melainkan membangun fondasi legal, organisasi, keuangan, dan akuntabilitas yang kokoh. Dengan menghindari kesalahan saat mendirikan yayasan seperti yang telah dijelaskan — mulai dari pemilihan nama, kesalahan struktur usaha, kurang paham perpajakan, hingga lemahnya pengawasan — Anda bisa meminimalkan risiko dan memaksimalkan dampak sosial.
Di HiveFive, kami menyediakan layanan profesional pendampingan pendirian yayasan, konsultasi regulasi organisasi non-profit, audit internal & eksternal, serta strategi komunikasi dan branding lembaga Anda. Jika Anda berniat mendirikan yayasan atau ingin memperkuat yayasan yang sudah berjalan, tim kami siap membantu agar yayasan Anda tidak hanya formal, tetapi berkelanjutan, terpercaya, dan berdampak nyata.




















